Custom Glitter Text
Banyoe Mili = Air mengalir (sungai) adalah aliran kehendak ALLAH. Kita yang berperahu di atas sungai dan mengikuti alirannya adalah mengikuti kehendak ALLAH. Apapun yang kita lakukan di atas perahu adalah berpengaruh untuk kita tapi tidak merubah aliran air. Aliran air sungai selalu ke bawah bermakna penurunan kuantitas umur dan kekuatan fisik. Aliran sungai ke laut bermakna kematian dan kembali kepada kumpulan spirit atau keharibaanNya. Ikhtiar manusia tidak memberi bekas kepada kekuasaan dan kehendak Allah SWT (Al Hadist). Ikhtiar manusia hanyalah memberi nilai untuk manusia itu sendiri. Pada dasarnya ikhtiar manusia merupakan bagian yang integral dari kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Wallahua'lam

Minggu, 13 Maret 2011

Berguru Pada Air (Hikmah dari Tsunami)

Posted on 17.05 by Oby_arsyil's blog


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih
bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berfikir ”, (QS. Al-Imron: 190)

Air adalah satu dari empat unsur alam yang
tersedia dalam
kehidupan, selain
daripada api, angin dan udara. Air merupakan
bagian terbesar dari alam
yang memang Tuhan sediakan bagi manusia,
sebagai contoh kecil adalah untuk minum, mandi, mengairi sawah
dan lain sebagainya.
Diluar dari penggunaan
air yang senantiasa
manusia gunakan, ada secercah filosofis
kehidupan yang mau tidak mau, sadar atau
tidak disadari ia ada dan
mampu menjadi
gambaran bagaimana
menghadapi kehidupan.

Pertama, Air senantiasa
“Ikhlas”, kita lihat bahwa air tidak pernah membeda-bedakan ia
boleh diminum siapa saja, tanpa memandang
ras, suku atau warna kulit. Bahkan jikalau
digunakan untuk mandi,
ia menerima pada
siapapun, termasuk
terhadap orang yang
tubuhnya mempunyai
penyakit, justru
adakalanya ia dapat
menyembuhkan penyakit
tersebut.

Kedua, Air senantiasa
“ Sabar”, dalam artian bahwa air tidak pernah
menyerah dan juga selalu
teguh pendirian. Sebagai
contoh, air yang setetes
demi setetes ia akan
dapat membuat sebuah
batu yang keras menjadi
berlekuk. Adapula air mengalir, apabila ada
batu yang menghalangi
lajunya, ia akan dapat
mencari jalan lainya, agar
ia tetap dapat mengalir,
tidak pernah ada air yang
hanya berhenti mengalir
jikalau hanya dibendung
oleh sebuah batu, ia akan
senantiasa mengalir
melalui alur atau arus
yang lain.

Ketiga, Air sebagai simbol kejujuran, warna air yang
bening menyimbolkan
bahwa ia senantiasa
memperlihatkan apa adanya. Adapun ia
berubah warna adalah, ia
akan selalu menyebutkan
apa adanya, jika ia
berwarna kuning, maka
ia telah bercampur
dengan warna kuning,
ataupun yang lainya.

Keempat, bahwa air mempunyai satu
keteguhan atau keyakinan
yang kokoh, karena ia
senantiasa tahu dan yakin, sederas apapun,
sekotor apapun ia, akan
tetap kembali kepada
tempat berkumpul dan
berakhir, yakni di lautan.

Selanjutnya, Air adalah
sosok yang senantiasa
taat dan patuh terhadap
apa yang telah ditentukan
oleh Tuhan, yakni dengan
tetap menjalani fitrahnya,
seperti sebagai air
minum, senantiasa
mengalir dari atas
kebawah (secara
alaminya, walaupun
adapula air mancur), dan
sebagainya.
Selain itu banyak pula beberapa filosofis lainya
yang dapat kita renungi
sekaligus teladani dari air,
sebagaimana firman
Tuhan, bahwa dalam
penciptaan langit dan
bumi (termasuk alam
semesta) terdapat tanda-
tanda bagi orang yang
berfikir. Termasuk
didalamnya kita lihat dengan musibah yang
dialami oleh masyarakat
jepang, ataupun
masyarakat di negara
lainnya, seperti aceh di
Indonesia, yakni bencana
Tsunami. kita lihat
bagaimana air yang tadinya mempunyai
sosok yang pendiam,
tenang, dan selalu
menjadi bagian
kehidupan dan
penghidupan manusia di
seluruh dunia, tiba-tiba
menjadi satu sosok yang
menakutkan, dan bahkan
tidak dikehendaki
kedatangannya. Kurang
tepat apabila kita sebagai
mahluk yang
membutuhkannya,
menyalahkan terhadap
air. Betapa tidak, jika kita
hitung jasa Air dalam
kehidupan bagaimana?
kemudian bagaimana
sikap kita sehari-hari dalam memperlakukan
air itu sendiri.

Contoh kecilnya adalah,
bagaimana hutan
ditebang dengan brutal tanpa memperhitungkan
reaksi dari penebangan
itu maka, bencana lah yang terjadi, baik itu banjir, maupun
pemanasan global.
Tidakkah kita sadari,
bahwa sehabis aksi akan
selalu ada reaksi? Hal inilah yang patut kita
renungkan bersama,
karena manusia sebagai
Khalifah di muka bumi ini
ternyata tidak berdaya
apabila air itu “murka”.

Oleh karena itu ada istilah
menyebutkan lebih baik
mencegah daripada
mengobati, dan itu dapat kita terapkan bagaimana
menghadapi sang air, dan disanalah letak kekuasaan kita sebagai
manusia, selain daripada
kekuasaan Tuhan.

Penutup, bahwasanya
tidak semata-mata terjadi
dengan kebetulan, tentu
akan selalu ada skenario
baik yang terancang
ataupun bersifat
aksidental. Dan kita manusia dituntut untuk
mawas diri, dan juga mampu untuk berbuat
yang terbaik dari yang paling baik, dan dapat
diaplikasikan untuk dirinya, orang lain
maupun alam semesta
ini. Apapun itu akan selalu
ada hikmahnya, dan akan
selalu menjadi pelajaran
dan peng-alaman bagi manusia, terutama bagi
orang-orang yang
berfikir.

Wassalam..

(ilustrasi gambar: pusaran air saat terjadi Tsunami Jepang)

No Response to "Berguru Pada Air (Hikmah dari Tsunami)"

Leave A Reply